Bersin
adalah sebuah nikmat dan kebaikan yang Allah berikan kepada seorang
hamba, karena ia merupakan salah satu sebab yang menghilangkan penyakit,
khususnya sakit kepala. Berapa banyak orang yang tertimpa penyakit
kepala menginginkan bersin, namun ia tidak mampu melakukannya. Semuanya
terpulang kepada Allah yang mengaturnya.
Sekalipun bersin adalah perkara biasa kita alami dan kita saksikan,
tapi masih banyak diantara kaum muslimin yang tidak mengerti cara bersin
yang jitu menurut sunnah. Banyak diantara kita yang jahil tentang
sunnah ini dan menyalahgunakan nikmat bersin ini, seperti sebagian orang
diantara kita yang bermain-main saat bersin, bukan malah mengikuti
petunjuk Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-!!
Para pembaca yang budiman, adanya petunjuk dan sunnah dalam bersin
merupakan bukti kuat tentang kesempurnaan Islam, keteraturan dan
keindahannya, subhaanallah. Kini kami mengajak pembaca menuai
bunga keindahan di balik taman-taman sunnah, khususnya yang berkaitan
dengan masalah bersin dalam beberapa noktah berikut ini:
- Bersin adalah Perkara yang Dicintai oleh Allah -Ta’ala-
Bersin adalah hal yang dicintai oleh Allah, karena ia adalah kebaikan
yang mendatangkan kemashlahatan dunia dan juga akhirat. Di dunia
seseorang mendapatkan kesehatan, dan di akhirat mendapatkan pahala bila
ia menerapkan sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- yang berkaitan
dengan bersin. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ
التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ وَحَمِدَ اللَّهَ كَانَ حَقًّا
عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يَقُولَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ
وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا
تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ
إِذَا تَثَاءَبَ ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَان
“Sesungguhnya Allah mencintai bersin dan membenci menguap. Bila
seorang diantara kalian bersin dan memuji Allah (yakni, membaca
“alhamdulillah”), maka wajib bagi setiap orang yang mendengarnya untuk
berkata kepadanya, “Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)”. Adapun
menguap (yakni, saat ngantuk), maka sesungguhnya ia berasal dari setan.
Bila seorang diantara kalian menguap, maka hendaknya ia menahannya
sebisa mungkin, karena bila seorang diantara kalian menguap, maka setan
akan tertawa karenanya”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6223)]
Al-Imam Abu Bakr Ibnul Arabiy Al-Andalusiy -rahimahullah- berkata, “Sungguh
kami telah jelaskan bahwa setiap perbuatan buruk yang disandarkan
kepada setan oleh syariat, maka karena ia (setan) adalah perantara
(sebab)nya; dan setiap perbuatan baik yang disandarkan kepada malaikat,
maka karena ia (malaikat) adalah perantara (sebab)nya…Menguap (muncul)
karena penuhnya (kenyangnya) perut, dan akan lahir darinya kemalasan,
sedang semua itu dengan sebab setan. Sementara bersin (muncul) dari
kurang makan, dan akan lahir darinya semangat, sedang semua itu dengan
sebab malaikat”. [Lihat Fathul Bari (/)]
Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata, “Menguap
disandarkan kepada setan, karena setan mengajak kepada syahwat. Sebab,
menguap muncul dari beratnya badan, lemahnya, dan penuh (kenyang)nya.
Yang dimaksudkan (dalam hadits ini) adalah memberikan peringatan tentang
bahaya sebab tersebut yang lahir darinya (semua perkara buruk), yaitu
sepuasnya makan dan memperbanyak makan”. [Lihat Tuhfah Al-Awadziy (/)]
Intinya, bersin membawa kebaikan, sedang menguap membawa keburukan
sehingga setan pun menyenanginya. Adapun setan menertawai orang yang
menguap, maka karena orang yang menguap akan menjauh dari kebaikan dan
berubahnya pemandangan wajahnya, bahkan terkadang ada sebagian orang
yang menguap mengeluarkan suaranya bagaikan anjing yang melolong atau
sapi yang mengoak.
- Kaifiat Mendoakan Orang yang Bersin
Diantara sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bagi orang yang
bersin dan pendengarnya adalah saling mendoakan kebaikan dunia dan
akhirat. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ
لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ
فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ
وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Bila seorang diantara kalian bersin,maka hendaklah berkata,
“Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)”, dan hendaknya saudara atau
temannya berkata kepadanya, “Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu)”.
Bila ia (temannya) berkata, “Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu)”,
maka hendaknya ia (yang bersin) berkata lagi, “Yahdiikumullahu wa
yushlihu baalakum (Semoga Allah menunjuki kalian dan memperbaiki kondisi
kalian)”. [HR. Al-Bukhoriy (6224)]
Inilah doa yang sepatutnya kita hafal dan baca saat menghadapi
bersin, bukan mengucapkan kata-kata yang tidak baik atau lucu serta
bukan pula berteriak bagaikan orang yang kerasukan.
- Perkara yang Dilakukan saat Bersin
Segala sesuatu harus didasari dengan ilmu. Bila tidak, maka seseorang
yang tidak berilmu kadang berbuat atau berucap bagaikan orang bodoh,
anak kecil, bahkan seperti orang gila. Lihatlah sebagian orang
-misalnya- saat ia bersin, ia melompat-lompat dan berteriak bagaikan
orang gila yang kerasukan. Terkadang ia membiarkan udara dan bau
mulutnya beterbangan bersama udara sehinga bisa saja ia menulari
saudaranya yang ada di sekitarnya, bila ia berpenyakit. Inilah hikmahnya
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mengajari kita cara mengatasi
bersin dalam hadits ini:
Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ
أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ
“Dulu Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bila bersin, maka
beliau meletakkan tangannya atau bajunya pada mulutnya dan merendahkan
suaranya dengannya”. [HR. Abu Dawud (no. 5029) dan At-Tirmidziy (no. 2745)]
Semua itu adalah tuntunan yang amat mulia, tuntunan yang menjaga
kemashlahatan dan citra diri seorang muslim. Lantaran itu, sepatutnya
seorang muslim mengikuti adab bersin yang terdapat dalam hadits ini.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy -rahimahullah- berkomentar tentang hadits ini, “Diantara
adab-adab bersin, seseorang merendahkan suaranya saat bersin dan
mengangkatnya saat membaca “alhamdulillah”, menutup wajahnya agar tidak
muncul dari mulutnya atau hidungnya sesuatu yang menyakiti teman
duduknya; ia juga tidak membengkokkan (memalingkan) lehernya ke kanan,
dan ke kiri agar ia tidak ter-mudhoroti dengan hal itu”. [Lihat Fathul Bari (10/738), cet. Darus Salam, 1421 H]
Al-Imam Ibnul Arabiy Al-Malikiy -rahimahullah- berkata, “Hikmahnya
merendahkan suara saat bersin bahwa dalam mengangkat suara terdapat
pengagetan anggota-anggota tubuh; hikmah dalam menutup wajah bahwa
andaikan ada sesuatu yang keluar darinya (berupa penyakit, ludah, bau
busuk dan lainnya), maka hal itu akan menyakiti teman duduknya. Andaikan
ia membengkokkan (memalingkan) lehernya demi menjaga teman duduknya,
maka ia pun tidak aman dari (efek) berpaling tersebut. Sungguh kami
telah menyaksikan orang yang terjadi pada dirinya hal itu”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (8/19) oleh Al-Imam Al-Mubarokfuriy, Dar Ihyaa’ At-Turots Al-Arobiy & Mu’assasah At-Tarikh Al-Arobiy, 1422 H]
Alangkah indahnya tuntunan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bagi
orang yang bersin. Sebuah tuntunan yang mengajarkan suatu keindahan,
kesehatan, etika, dan kemaslahatan sosial.
Al-Imam Fadhlullah bin Hasan At-Turibisytiy -rahimahullah- berkata, “Ini
sebuah etika di depan para teman duduk. Sebab bersin, manusia benci
mendengarkannya, dan dipandang oleh orang-orang berasal dari
kotoran-kotoran otak”. [Lihat Faidhul Qodir Syarh Al-Jami’ Ash-Shogier (5/190)]
Jadi, hendaknya seorang muslim memiliki adab dan etika dalam setiap
kondisinya, sebab itu merupakan konsekuensi keimanan dan keislamannya.
- Kapan Men-tasymit (mendoakan) orang Bersin
Men-tasymit (تشميتٌ) orang bersin adalah mendoakan rahmat bagi orang yang bersin saat ia mengucapkan “alhamdulillah”.
Ini juga merupakan sebuah keindahan Islam yang mengajarkan kepada
pengikutnya agar saling mendoakan, bukan saling mencela dan menyakiti.
Pembaca yang budiman, ketika bersin, maka yang bersin dianjurkan mengucapkan doa dan pujian “alhamdulillah” dan bagi orang yang mendengarkan pujian itu wajib baginya men-tasymit (mengucapkan doa) bagi yang bersin, “Yarhamukallah” (Semoga Allah merahmatimu).
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ
لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ
فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ
وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Bila seorang diantara kalian bersin,maka hendaklah berkata,
“Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)”, dan hendaknya saudara atau
temannya berkata kepadanya, “Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu)”.
Bila ia (temannya) berkata, “Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu)”,
maka hendaknya ia (yang bersin) berkata lagi, “Yahdiikumullahu wa
yushlihu baalakum (Semoga Allah menunjuki kalian dan memperbaiki kondisi
kalian)”. [HR. Al-Bukhoriy (6224)]
Anas bin Malik -radhiyallahu anhu- berkata,
أَنَّ رَجُلَيْنِ عَطَسَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَمَّتَ أَحَدَهُمَا وَلَمْ يُشَمِّتْ
الْآخَرَ فَقَالَ الَّذِي لَمْ يُشَمِّتْهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَمَّتَّ
هَذَا وَلَمْ تُشَمِّتْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ حَمِدَ اللَّهَ وَإِنَّكَ لَمْ تَحْمَدْ
اللَّهَ
“Ada dua orang pernah bersin di sisi Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-. Kemudian beliau men-tasymit (mengucapkan “yarhamukallah”)
kepada salah satu diantaranya, dan tidak men-tasymit yang lainnya”.
Orang yang tidak di-tasymit oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-
berkata, “Wahai Rasulullah, anda men-tasymit ini, dan tidak men-tasymit
aku”. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya ia
memuji Allah (dengan membaca “alhamdulillah”), sedang engkau tidak
memuji Allah (dengan membaca “alhamdulillah”)”. [HR. Al-Bukhoriy (no. 6221), Muslim (no. 2991) Abu Dawud (no. 5039), At-Tirmidziy (no. 2742) dan Ibnu Majah (no. 1223)]
Al-Imam Abu Isa At-Tirmidziy menarik sebuah kesimpulan dari hadits ini dalam Kitab Al-Adab, bab “Maa Jaa’a fi Iijaab At-Tasymit bi Hamdil Aatis” bahwa wajib men-tasymit (membaca “yarhamukallah”) saat mendengarkan ucapan “alhamdulillah” dari orang bersin. [Lihat Sunan At-Tirmidziy (8/15) yang dicetak bersama Tuhfah Al-Ahwadziy]
- Berapa Kali Mendoakan Orang Bersin
Terkadang seseorang bersin lebih dari sekali. Nah, apakah ia di-tasymit setiap kali ia bersin? Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- menjawab hal ini,
يُشَمَّتُ الْعَاطِسُ ثَلَاثًا فَمَا زَادَ فَهُوَ مَزْكُوم
“Orang yang bersin di-tasymit sebanyak tiga kali. Apa saja yang lebih dari itu, maka berarti ia (yang bersin) sedang flu”. [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (no. 3714). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 4743)]
Hadits ini menerangkan bahwa disyariatkan men-tasymit orang bersin sebanyak tiga kali. Adapun selebihnya, maka tidak perlu men-tasymit, sebab bersin yang ia alami hanyalah timbul karena penyakit.
- Ketika Orang Kafir Bersin
Alangkah indahnya Islam dengan adanya syariat saling mendoakan antara
seorang muslim dengan saudaranya sampai kaum Yahudi pun mengharapkan
hal itu terjadi bagi mereka. Perkara itu diceritakan oleh Sahabat yang
mulia, Abu Musa Al-Asy’ariy -radhiyallahu anhu-,
كَانَتْ الْيَهُودُ تَعَاطَسُ عِنْدَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجَاءَ أَنْ يَقُولَ لَهَا
يَرْحَمُكُمْ اللَّهُ فَكَانَ يَقُولُ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ
بَالَكُمْ
“Dahulu orang-orang Yahudi berusaha bersin di sisi Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam-, karena mengharapkan agar beliau
mengucapkan bagi mereka, “Yarhamukumullah (Semoga Allah merahmati
kalian)”. Tapi Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- malah berdoa,
“Yahdiikumullahu wa Yuslihu baalakum (Semoga Allah menunjuki kalian dan
memperbaiki keadaan kalian)”. [HR. Abu Dawud (no. 5038) dan At-Tirmidziy (no. 2895). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Shohih Sunan At-Tirmidziy (no. 2895)]
Al-Imam Syamsul Haqq Al-Azhim Abadiy -rahimahullah- berkata, “Maksudnya,
beliau tidak berdoa bagi mereka, “Yarhamukumullah (Semoga Allah
merahmati kalian), karena rahmat hanya khusus bagi orang-orang beriman.
Bahkan beliau hanya mendoakan mereka dengan sesuatu yang memperbaiki
keadaan mereka berupa hidayah dan taufiq menuju iman”. [Lihat Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud (11/77)]
Para pembaca budiman, inilah sebagian tuntunan Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- yang berkaitan dengan perkara bersin, semoga kita
semua sudah dapat mengetahui cara jitu dalam bersin.
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid. Penerbit :
Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe,
Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab :
Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk
berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar